Potret Santri Al-Mubarok Malang

 

P

ondok Pesantren Al-Mubarok Malang Jawa Timur terletak di tepi kota Malang yang sejuk, tepatnya berada dibilangan jalan Joyo Mulyo Nomor 340 Merjosari Malang. Kusematkan tulisan ini pada blogku karena beberapa hal; pertama, sebagai wujud kerinduanku pada semua wajah yang telah menghiasi perjalanan ilmuku. Kedua, sebagai wujud kangenku pada sosok-sosok tengil santri Al-Mubarok; Ismail Marzuki Setiung, Zaeni Munir Lampung dan Aminudin Sanyo (maksudku Tlogo Blitar…he..he..he..).

Sorry co..

 

 

Aku terdaftar sebagai santri semenjak tahun 2000 silam, dan bai’at kelulusan pada awal 2006. Cukup lama memang, namun kisah itu selalu kurindukan. Ismail kini telah menikah dan mengabdi sebagai guru di Setiung sana, beberapa kali dia menghubungiku via ponsel bahkan berkunjung ke rumah di Unit III Rimbo Bujang. Sementara Amin dan Zaeni terakhir kudengar masih berkeringat dalam perkelahiannya dengan kertas-kertas skripsi.

 

Lalu teman-teman yang lain kemana?, yang kudengar dari sejumlah sumber mereka semua sudah berpencar ke seluruh penjuru bumi mencoba membuktikan ketangguhan diri. Kala itu semua santri selalu berkumpul di satu halaqoh Pesantren. Ditandai dengan adzan subuh, semua laksana disengat kewajiban santri; sholat Subuh, membaca Waqi’ah bersama, mengkaji kitab-kitab kuning pada Kyai, bla..bla..bla…Sholat Maghrib dan membaca Yasin berjama’ah, Sholat Isya’ dan diakhiri mengkaji kitab-kitab klasikal kepada para ustadz dan Gus Inun.

 

Bla..bla…bla…. di atas biasanya di isi dengan kuliah di kampus masing-masing. Lalu aku sendiri bagaimana? Berbeda dengan yang lain, aku lebih sering tidur di kamar. Mencoba berdamai dengan bantalku.

 

Andai saja ada warga Al-Mubarok membaca editorial ini, pasti gemes. Tapi biarlah, semoga ada memberi umpan balik ke blogku yang sederhana ini. Semoga bermanfaat dan membangkitkan kenangan yang lalu demi perjuangan dakwah Islamiyyah. Wah…. Yak opo cak?